Rentetan Kecaman Penyerangan 8 Pekerja Tower Telekomunikasi di Papua

Ilustrasi BTS. ©2015 Merdeka.com/fauzan

Merdeka.com – Insiden penyerangan kelompok bersenjata terhadap delapan pekerja PT Palapa Timur Telematika (PTT) begitu sadis. Kala itu, delapan orang pekerja itu tengah melakukan perbaikan tower B3 yang ada di Distrik Boega, Kabupaten Puncak, Papua. Keberadaan mereka di sana untuk memulihkan layanan telekomunikasi di wilayah Papua.

Tiba-tiba kelompok bersenjata datang dan langsung menyerang delapan pegawai hingga meregang nyawa. Dikabarkan hanya ada satu pegawai yang berhasil menyelamatkan diri, kemudian melaporkan kepada pihak berwajib tentang insiden itu. Kejadian ini jelas menyayat luka yang mendalam.

Terlebih, Indonesia saat ini tengah berjuang melakukan konektivitas internet di seluruh pelosok negeri. Tujuannya agar tidak ada lagi kesenjangan dalam penggunaan internet. Berdasarkan riset dari We Are Social & HootSuite 2021, pengguna internet negeri ini baru mencapai 73,7 persen dari 274.9 juta penduduk. Dibutuhkan kerja keras agar seluruh lapisan masyarakat negeri ini merdeka internet.

Menteri Komunikasi dan Informatika (Menkominfo) Johnny G. Plate pun menyesalkan insiden ini. Ia mengutuk keras kejadian penyerangan terhadap delapan pekerja PTT di Papua. Menurut Johnny, kecaman pembunuhan dan tindakan kekerasan fisik ini di tengah upaya menjalankan tugas melakukan percepatan pemerataan konektivitas digital di Indonesia dan secara khusus di Papua.

“Kami mengajak seluruh elemen masyarakat untuk bersama-sama tetap menjaga dan menciptakan situasi yang aman agar pembangunan infrastruktur Telekomunikasi dapat dilakukan dengan lancar di Papua,” jelas Johnny.

Tak hanya Menkominfo, beberapa pemangku kepentingan terkait fokus akselerasi pemerataan internet di Indonesia pun turut mengecam. Jamalul Izza, Chairman Yayasan Internet Indonesia menyesalkan adanya insiden ini. Ia mengungkapkan bela sungkawa atas kejadian itu. Dia meminta agar pihak-pihak terkait segera menegakkan hukum serta memulihkan keamanan di sana.

“Kami turut berduka cita atas delapan korban jiwa karyawan dari PTT. Mereka merupakan orang-orang hebat yang berani dan berjuang demi infrastruktur internet yang merata di tanah air. Tiada hal lain lagi yang bisa dikatakan kecuali penegakan hukum dan pemulihan keamanan agar segera dilakukan oleh pihak berwenang serta berharap kejadian ini tidak terulang kembali,” kata Jamal.

Hal senada juga dikatakan oleh Bobby Adhityo Rizaldi. Anggota DPR RI Komisi I ini mengusulkan agar dalam setiap pembangunan penting, berkoordinasi dengan pihak keamanan dan memiliki protokol keamanan sesuai dengan situasi setempat.

“Kami menyesalkan adanya serangan tersebut terlebih pada upaya-upaya pembangunan infrastruktur strategis dalam upaya meningkatkan kesejahteraan rakyat. Kepada pemerintah agar memobilisasi aparat keamanan lebih banyak pada saat ada pekerjaan konstruksi seperti ini apalagi bila melintas daerah sepi penduduk,” ungkap dia.

Sementara itu, Ketua Umum Asosiasi Penyelenggara Jasa Internet Indonesia (APJII), Muhammad Arif Angga mengatakan infrastruktur telekomunikasi bersifat netral dan sangat bermanfaat bagi masyarakat. Sehingga tidak semestinya menjadi sasaran kerusuhan dan kekerasan atas nama apa pun.

“Kepentingan publik harus dikedepankan. Keamanan pembangunan infrastruktur telekomunikasi adalah tanggung jawab bersama. Jangan sampai ada korban lagi,” jelasnya.

Adapun berdasarkan keterangan resmi dari PT Palapa Timur Telematika (PTT) delapan korban itu adalah sebagai berikut: Billy Garibaldi (karyawan perusahaan), Renal Tegasye Tentua (karyawan perusahaan), Bona Simanullang (karyawan perusahaan), Gogon-Bebi Tabuni (masyarakat lokal pemandu), Jamaluddin (karyawan kontraktor perusahaan), Syahril Nurdiansyah (karyawan kontraktor perusahaan), Ibo (karyawan kontraktor perusahaan), dan Eko Septiansyah (karyawan kontraktor perusahaan).

Sumber : https://www.merdeka.com/teknologi/rentetan-kecaman-penyerangan-8-pekerja-tower-telekomunikasi-di-papua.html