Bobby Rizaldi – Indonesia Dukung Usaha Damai di Nogorno Karabakh

KERIS menjadi simbol untuk mendukung perdamaian yang diupayakan oleh Azerbaijan dalam mendukung perjuangan yang dilaksanakan rakyat di Nogorno Karabakh.

Penulis: Gede Moenanto
Editor: Gede Moenanto

Konflik berkepanjangan yang terjadi sejak tahun 1988 itu telah mengakibatkan renggangnya hubungan di antara sejumlah negara.

Konflik itu melibatkan agresi yang dilakukan Armenia dan Azerbaijan di pihak Nogorno Karabakh.

Konflik itu bahkan mengakibatkan sepak bola dunia terimbas saat berlangsungnya pertandingan final Piala Liga Europa (UEL) 2019antara Chelsea dan Arsenal, yang berlangsung di Baku, Azerbaijan.

Di mana salah satu pemain berdarah Armenia, Henrikh Mkhitaryan pun tidak bisa hadir untuk melakukan pertandingan bersejarah tersebut karena sentimen antara Armenia dan Azerbaijan yang tidak kunjung terselesaikan.

Kawasan yang diinvasi oleh Armenia, yang memicu konflik antara Armenia dan Azerbaijan itu memang sudah menjadi masalah sejak tahun 1988.

Kawasan yang menjadi sengketa adalah Nogorno Karabakh di mana di salah satu wilayahnya adalah situs bersejarah dengan adanya makam Nabi Nuh di sana.

Sejumlah orang masih bisa melakukan ziarah ke makan Nabi Nuh yang jejaknya juga ditemukan di kawasan Gobushtan, Baku, Azerbaijan.

Terkait dengan itu, Dewan Perwakilan Rakyat (DPR) Republik Indonesia (RI) melakukan kegiatan diplomatik dengan menemui sejumlah pimpinan parlemen yang terdiri dari wakil ketua dan anggota parlemen di Azerbaijan.

Dalam kesempatan itu, delegasi DPR RI yang terdiri dari pimpinan DPR dan anggota DPR RI memberikan dukungan untuk perdamaian di Nogorno Karabakh yang menjadi kawasan konflik yang dipicu oleh penyerbuan militer Armenia sejak tahun 1988.

Sejumlah anggota DPR yang dipimpin oleh Wakil Ketua DPR RI, Dr Fadli Zon MSc dengan diikuti oleh sejumlah anggota DPR RI seperti Achmad Farial (PPP), Bobby Adhityo Rizaldi SE MBA CFE (Partai Golkar), Ir Taslim Azis (Partai Gerindra), Pius Lustrilanang (Partai Gerindra), Refrizal (Partai Keadilan Sejahtera).

Kunjungan itu juga difasilitasi oleh Duta Besar Indonesia, Prof Dr Husnan Bey Fananie MA, yang juga berperan aktif sebagai perwakilan Pemerintah Indonesia dalam mendukung perdamaian di Nogorno Karabakh.

“Upaya yang dilakukan adalah dengan melakukan diplomasi agar tidak terjadi tindak kekerasan yang dialami oleh kalangan rakyat sipil, yang menjadi korban tindakan agresi militer,” kata Husnan Bey Fananie.

Kedua pihak parlemen Indonesia dan Azerbaijan kemudian melakukan pembicaraan untuk menyelesaikan konflik yang terjadi tersebut.

Kawasan Nogorno Karabakh sendiri menjadi kawasan yang paling dituju antara lain untuk melakukan ziarah ke makam Nabi Nuh.

Kawasan Azerbaijan menjadi daerah yang mempunyai peninggalan bersejarah di antaranya dengan jejak kehidupan Nabi Nuh.

Selain adanya makam Nabi Nuh, Azerbaijan juga mempunyai situs yang diyakini sebagai tempat Nabi Nuh pertama kali membuat bahtera yang kemudian menyelamatkan makhluk hidup termasuk umat manusia, hewan, dan ternak, serta tumbuhan dari gulungan air di atas Bumi, kala itu.

Karena itu, kedekatan antara masyarakat di Nogorno Karabakh dan Azerbaijan tidak bisa dipisahkan.

Menurut Husnan Bey Fananie, ziarah ke makam Nabi Nuh bisa dilakukan dengan menggunakan pesawat.

“Perjalanan sekitar 1 jam melalui udara dari Baku,” kata Husnan Bey Fananie.

Sementara itu, Wakil Ketua DPR RI, Fadli Zon menjelaskan, Indonesia mempunyai hubungan yang sangat dekat di antaranya dari sejarah perkembangan Islam.

“Dari penjelasan Dubes Indonesia, diketahui bahwa masuknya agama Islam bukan semata-mata dilakukan oleh kalangan penyebar agama Islam serta pedagang dari Gujarat, tapi bahkan dari Azerbaijan di mana terdapat kabar salah satu Wali Songo berasal dari Azerbaijan,” katanya.

Kedekatan Indonesia dan Azerbaijan juga diketahui dengan hubungan bilateral di antara kedua negara yang terus meningkat.

Menurut Husnan Bey Fananie, antara Azerbaijan dan Indonesia terjalin hubungan yang sudah sangat erat sejak lama.

“Hubungan itu terus ditingkatkan, Indonesia mendapatkan kesempatan untuk menyelenggarakan Festival Kebudayaan, yang rutin diselenggarakan setiap tahun, yang berlangsung di pusat kota Baku,” kata akademisi yang mengajar sejumlah mata kuliah di Azerbaijan di sela-sela kesibukannya sebagai Duta Besar Indonesia di Azerbaijan tersebut.

Karena itu, Husnan Bey Fananie menjelaskan, upaya perdamaian yang dilakukan untuk penyelesaian kawasan Nogorno Karabakh menjadi pilihan yang terbaik.

Dalam kesempatan kunjungan tersebut, Fadli Zon menyerahkan keris yang di antaranya menjadi simbol persahabatan kedua negara untuk menyelesaikan konflik berkepanjangan dan hubungan antara Armenia di satu sisi dengan sekutu mereka dan pihak Azerbaijan di sisi lainnya dengan negara-negara yang mempunyai kedekatan dengan Azerbaijan seperti Indonesia dan pihak-pihak yang mendukung Azerbaijan.

Menurut Fadli Zon, sebagai ketua organisasi keris, SNKI di Indonesia, keris melambangkan sebagai sebuah senjata tradisional Indonesia untuk mendukung perjuangan Azerbaijan agar terwujudnya perdamaian di Nogorno Karabakh dengan kembali sebagai wilayah Azerbaijan yang aman dan damai.

“Keris ini untuk mendukung penuh perjuangan Azerbaijan terhadap Nogorno Karabakh,” kata Fadli Zon.

Penyerahan keris tersebut, yang materialnya terbuat dari batu meteor itu memang menjadi simbol dukungan untuk Azerbaijan.

Dalam kesempatan itu, Fadli Zon dan Husnan Bey Fananie bersama Wakil Ketua parlemen Azerbaijan bersama-sama mengangkat keris tersebut, yang kemudian dijadikan sebagai simbol perjuangan rayat Azerbaijan untuk kembali berkumpul bersama dengan rakyat di Nogorno Karabakh di mana sejak terjadinya agresi Armenia telah mengakibatkan satu juta rakyat yang berasal dari Azerbaijan yang berasal dari Nogorno Karabakh menjadi pengungsi.

Mereka menjadi pengungsi dan dinilai sebagai salah satu persoalan kemanusiaan serius yang perlu ditangani karena masih banyaknya tindak kejahatan yang di antaranya terjadi akibat konflik yang terjadi tersebut.

Dalam kesempatan itu delegasi Indonesia diterima oleh Wakil Ketua Parlemen Azerbaijan, Ziyafet Asgarov yang memberikan sejumlah pernyataan terkait dengan sejumlah kasus yang berkaitan dengan kawasan Nogorno Karabakh.

ROMBONGAN pimpinan dan anggota Dewan Perwakilan Rakyat (DPR) Republik Indonesia (RI) melakukan rangkaian kunjungan kerja ke Azerbaijan di antaranya untuk melakukan kegiatan hubungan luar negeri yang dilakukan parlemen Indonesia dengan sejumlah negara sahabat.

Kunjungan itu dilakukan oleh sejumlah anggota DPR yang dipimpin oleh Wakil Ketua DPR RI, Dr Fadli Zon MSc dengan diikuti oleh sejumlah anggota DPR RI seperti Achmad Farial (PPP), Bobby Adhityo Rizaldi SE MBA CFE (Partai Golkar), Ir Taslim Azis (Partai Gerindra), Pius Lustrilanang (Partai Gerindra), Refrizal (Partai Keadilan Sejahtera).

Kegiatan di antaranya dilakukan untuk melakukan hubungan luar negeri yang erat dengan Azerbaijan, Selasa (30/7/2019), dengan mengunjungi Menteri Dalam Negeri (Mendagri) Azerbaijan yang membawahi sejumlah kekuatan di antaranya kepolisian Azerbaijan, yang bertugas untuk menjaga keamanan di dalam negeri.

Menurut Fadli Zon, Indonesia bisa berperan aktif dalam menjaga perdamaian dunia di antaranya terkait dengan kawasan Azerbaijan, Nogorno Karabakh, yang dikucilkan oleh Armenia, diiringi sejumlah tindakan kekerasan pembantaian warganya, yang merupakan penduduk Muslim.

“Indonesia bisa berperan untuk menjaga perdamaian dan menyelesaikan persoalan Nogorno Karabakh dengan mengakui kawasan ini sebagai kawasan Azerbaijan,” katanya dalam kunjungan di Kementerian Dalam Negeri Azerbaijan, yang berlokasi di Baku, yang merupakan ibu kota Azerbaijan.

Menteri Dalam Negeri Azerbaijan, Vilayat Eyvazov melakan pertemuan khusus bersama Fadli Zon, sebelum melakukan kegiatan yang terkait dengan pembicaraan antara DPR RI dengan perwakilan pemerintah Azerbaijan.

Dalam kesempatan itu, sejumlah anggota DPR mengikuti pertemuan yang dilakukan di kantor Menteri Dalam Negeri dengan didampingi sejumlah petinggi kepolisian yang berada di bawah Kementerian Dalam Negeri seperti dilakukan juga di sejumlah negara demokrasi lainnya.

Azerbaijan sendiri merupakan negara yang baru 27 tahun berdiri dan mempunyai kemajuan pesat dalam pembangunan dalam negeri yang terjadi karena merupakan sebuah negara kaya minyak.

Sejumlah pembangunan dilakukan dengan pesat menyusul pecahnya Uni Soviet yang ditandai dengan penyerbuan oleh Armenia terhadap warga sipil di Nogorno Karabakh.

Menurut Fadli Zon, dengan potensi yang dimiliki Azerbaijan, yang sangat besar, maka sebaiknya Indonesia meningkatkan hubungan antarnegara yang lebih baik dan bersahabat di mana sebagian minyak di Indonesia berasal dari Azerbaijan.

Selain melakukan kegiatan tersebut, rombongan DPR RI juga melakukan kegiatan parlemen bersama Kedutaan Besar Indonesia, yang difasilitasi oleh Duta Besar Indonesia, Prof Dr Husnan Bey Fananie MA.

Azerbaijan sendiri menggunakan mata uang Manat dan tidak menggunakan Euro dalam kehidupan ekonomi mereka meski negara tersebut merupakan bagian negara Eropa.

Husnan Bey Fananie yang juga aktif mengajar di Azerbaijan itu menjelaskan, Azerbaijan mempunyai kekayaan alam yang besar dengan kehidupan ekonomi yang juga memang meningkat dengan baik setelah merdeka dari Uni Soviet.

Sejumlah kawasan di Azerbaijan adalah kawasan yang dikenal sebagai kawasan yang panas dengan angin yang berhembus kencang.

Meski, Azerbaijan juga merupakan negara yang mempunyai 4 musim seperti pada umumnya negara di Eropa.

“Sejumlah kegiatan dilaksanakan di Baku di antaranya adalah Festival Kebudayaan Indonesia, yang akan diselenggarakan pada bulan September 2019,” kata Husnan Bey Fananie.

Baik pemerintah Indonesia dan Azerbaijan masing-masing mengharapkan terdapat peningkatan hubungan kerja sama yang semakin baik di masa berikutnya.

(https://wartakota.tribunnews.com/2019/08/01/perdamaian-nogorno-karabakh-untuk-mengembalikan-jejak-sejarah-dan-makam-nabi-nuh-ke-azerbaijan)