BPH Migas Keluhkan Keributan Soal Produksi Minyak

INILAH.COM, Jakarta – Badan Pengatur Kegiatan Hilir Minyak dan Gas Bumi (BPH Migas) mengeluhkan sejumlah Kementerian Lembaga (K/L) yang meributkan produksi minyak terus turun tanpa adanya upaya substitusi pengembangan energi.

“Kita terlalu bergantung dengan minyak sampai-sampai ribut karena produksi lifting terus turun. Tapi ekspor gas sendiri tidak ada yang ribut,” tutur Anggota Komite BPH Migas, Qoyum Tjandranegara, di Gedung DPR, Rabu (27/3/2013).

Kini menurut catatannya produksi lifting minyak turun mencapai 20-30 ribu barel per hari (bph). Namun dari kondisi ini nyatanya ekspor gas juga cukup besar, di mana untuk devisa di 2012 saja pemerintah telah membayar Rp190-200 triliun.

Qoyum menambahkan, meski pemerintah mendapatkan pendapatan dari hasil ekspor gas, namum jika dilihat dari segi implikasi, pengembangan energi gas jauh lebih menguntungkan. Sayangnya, menurut dia Indonesia dan pemerintah belum memiliki arah untuk memajukan hal itu.

Lebih jauh, dia menyampaikan, untuk mengoptimalkan peran energi gas, pemerintah perlu melakukan subsidi ke sumber energ gas ketimbang menggelontorkan dana untuk Bahan Bakar Minyak (BBM). Ini dilakukan karena memberikan multiplier effect juga pengembangan energi gas jauh lebih murah.

 

Sumber