DPR Curigai Ada Pengusaha Nasional Jadi Penumpang Gelap

BEREDAR KABAR PERTAMINA CUMA DIKASIH JATAH 40% DI BLOK MAHAKAM

RMOL.Rencana PT Pertamina (Persero) menguasai penuh Blok Mahakam kelihatannya akan kandas. Pasalnya, di DPR beredar kabar pemerintah akan kembali memperpanjang kontrak perusahaan asal Prancis, Total E&P, untuk mengelola blok tersebut.

Dari informasi yang beredar, Pertamina hanya diberikan jatah 40 persen di blok migas tersebut. Padahal, perusahaan pelat merah itu sangat ngebet untuk menge­lola Blok Mahakam 100 persen.

Kabar yang berkembang itu cu­kup beralasan. Pasalnya, selama se­pekan ini Mentei Energi Sum­ber Daya Mineral (ESDM) Jero Wa­cik didampingi Deputi Ope­rasi BP Migas Gde Pradnyana me­lakukan kunjungan kerja ke Pran­cis dan Inggris untuk me­nye­­lesaikan persoalan minyak dan pertambangan.

Anggota Komisi VII DPR Ach­mad Rilyadi mengaku diri­nya men­dapat informasi per­panja­ngan kontrak Blok Ma­hakam dengan perusahaan asal Prancis itu. Dia sangat menyayangkan jika kabar tersebut benar.

Menu­rut Rilyadi, seharusnya pemerintah ti­dak memperpanjang kontrak blok migas itu dan me­nyerahkan se­penuhnya kepada Pertamina. “Kenapa Pertamina hanya dibe­rikan 40 persen saja, harusnya sama seperti Blok West Madura,” protesnya.

Di Blok West Madura, kata Ril­yadi, BUMN Migas itu me­nguasai 80 persen kepemilikan. Di Blok Mahakam mestinya juga sa­ma. Total E&P, selaku penge­lola lama maksimal diberikan 20 persen.

Ia menduga, ada penumpang gelap dalam proses perpanjangan Blok Mahakam. ”Pasti ada pe­ngu­saha nasional yang ikut ber­main un­tuk bisa mengelola blok itu. Biasanya itu pengusaha yang dekat dengan penguasa. Ini se­perti West Madura,” jelasnya.

Ang­gota Komisi VII DPR Bobby Rizaldy juga mengaku mendapatkan infor­masi yang sama soal perpan­ja­ngan Blok Mahakam. Dia pun me­minta pemerintah menje­laskan kabar tersebut kepada parlemen.

“Kalau benar, kenapa pe­me­rintah bisa mengambil ke­bija­kan itu. Apakah Pertamina sudah menyerah tidak bisa mengelola itu,” katanya seraya menambah­kan, selama ini DPR terus mem­perjuangkan agar blok-blok migas yang habis kepemi­likan­nya di­kelola oleh perusahaan nasional.

Kementerian ESDM belum ada yang bisa dimintai klarifikasi soal kabar tersebut. Sementara  hingga berita ini diturun­kan, Ke­pala BP Migas R Priyono juga belum menjawab SMS yang dikirim Rakyat Merdeka.

Namun, pekan lalu, Priyono me­­ngatakan, jika Pertamina ingin mengelola Blok Mahakam, harus ada masa transisi dahulu. “Perta­mina sementara transisi dahulu, biar Total yang jalan,” katanya.

Menurut Priyono,  selama ini Total E&P sudah menjalankan tugas­nya dengan baik sebagai operator. “Kami memberikan rekomen­dasi Pertamina masuk ke Blok Ma­­hakam sebagai peme­gang sa­ham, bukan sebagai ope­rator. Jadi, biar­lah kembali Total E&P yang ber­tindak sebagai operator.,” kata Priyono. [Harian Rakyat Merdeka]