Subsidi Listrik Terus Ditekan

JAKARTA– Pemerintah akan terus memangkas subsidi listrik untuk menghemat anggaran. Konsekuensinya, PT Perusahaan Listrik Negara (Persero) didorong membangun pembangkit non-BBM.
Dalam Rancangan Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara Perubahan (RAPBN-P) 2012, subsidi listrik tercatat mencapai Rp93,05 triliun,meski kemudian hanya disetujui Rp68,47 triliun.Menurut Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Jero Wacik, di akhir jabatannya pada 2014, jumlah subsidi listrik akan mengalami pengurangan yang signifikan.Namun, Jero belum merinci berapa target penurunan subsidi listrik hingga 2014.

“Untuk menurunkan subsidi saya telah melarang PLN mengoperasikan pembangkit baru berbahan bakar minyak,” kata Jero dalam rapat kerja dengan Komisi VII DPR, di Jakarta,kemarin. Dia mengakui,saat ini biaya struktur listrik masih sangat mahal.Pembangkit listrik mayoritas masih menggunakan bahan bakar minyak (BBM), sehingga biaya listrik menjadi mahal, sekitar USD36–40 sen per kilowatt hour (kWh).

Menurut dia, pemerintah saat ini terus menggalakkan pembangunan pembangkit listrik dengan energi baru dan terbarukan. “Pilihannya tinggal gas, batu bara, air, panas bumi, matahari, dan sampah. Itu murah sekali. Kalau menggunakan gas, cost-nya USD7 sen per kWh, batu bara USD6 sen per kWh, dan geotermal USD6–9 sen per kWh,”kata Jero. Pemerintah pun meminta DPR menyetujui pengurangan subsidi listrik untuk golongan menengah, khususnya R1 dengan daya 1.300 VA dan R1 2.200 VA.

Kementerian ESDM mencatat, konsumsi listrik kelas menengah per April 2012 mengalami kenaikan lebih dari 50%.“Kami menyarankan agar subsidi listrik untuk golongan menengah seperti R1 1.300 VA dan R1 VA 2.200 bisa dikurangi subsidi listriknya, karena dari data yang kami punya, golongan ini sudah banyak yang pasang AC, kulkas, dan TV,” kata Jero. Sementara untuk golongan R2 3.500 VA, diusulkan agar subsidinya dicabut.

Sebab, golongan ini dinilai sudah sangat mampu dengan kebutuhan listrik rumah tangganya yang cukup besar. Sedangkan, untuk golongan bawah R1 450 VA dan R1 900 VA tetap disubsidi. Direktur Jenderal Ketenagalistrikan dan Pemanfaatan Energi Kementerian ESDM Jarman mengatakan, untuk mendukung penurunan subsidi tersebut, pada 2013 tarif dasar listrik (TDL) juga harus dinaikkan.

Sebab,jika tarif tidak dinaikkan, subsidi listrik diperkirakan bisa tembus Rp100,32 triliun dengan asumsi harga minyak mentah Indonesia USD120 per barel. Namun,jika TDL dinaikkan 10% per 1 Januari 2013, maka subsidi listrik dapat turun menjadi Rp87,14 triliun dengan asumsi harga minyak mencapai USD120 per barel dan laju pertumbuhan konsumsi listrik 8%. Kajian tersebut, kata Jarman, berdasarkan asumsi kurs Rp9.000 per dolar Amerika Serikat (AS).

Dengan catatan, setiap kenaikan kurs Rp100 akan menambah subsidi listrik sekitar Rp800 miliar. “Seluruh kajian subsidi tersebut juga telah memasukkan margin usaha PLN sebesar 7%,”tambahnya. Anggota Komisi VII DPR Bobby Rizaldy meminta pemerintah untuk menurunkan margin tersebut dengan cadangan dari hasil operasi tahun 2011.

Pada 2011 PLN membagikan dividen kepada pemerintah sebesar Rp3,5 triliun dari laba sebesar Rp7,139 triliun sehingga masih memiliki dana cadangan sebesar Rp3,6 triliun. “Bisa digunakan agar mengurangi margin yang diperlukan, nantinya akan mengurangi besaran subsidi listrik secara keseluruhan,” ucapnya. nanang wijayanto [Seputar Indonesia].