AS Berniat Tingkatkan Ekspor ke Indonesia

JAKARTA–MICOM: Sebanyak 17 perusahaan asal Amerika Serikat (AS) yang bergerak di sektor manufaktur dan jasa mengunjungi Indonesia untuk menjajaki kerjasama bisnis. Dari kerja sama ini, AS berniat untuk investasi dan meningkatkan ekspornya ke Indonesia.

“Kita targetkan naik 3% dari US$200 miliar di 2011. Kami berharap dengan kerjasama ini bisa tumbuh,” jelas Kepala Deputi Kedutaan Besar AS Ted Osius, dalam konferensi pers, di Hotel Intercontinental Midplaza, Jakarta, Senin (21/5).

Ia mengatakan pertumbuhan ekonomi Indonesia yang cukup stabil di tengah gejolak ekonomi global dan demografi populasi yang didominasi penduduk kelas menengah merupakan pasar yang potensial bagi produk AS.

“46% populasi Asia Tenggara berada di Indonesia. Kebanyakan sumber daya alam Asia Tenggara juga berada disiini. Indonesia jg memiliki populasi generasi muda yang dinamis, lebih dari 237 juta. Ini kesempatan besar, kami menyarankan agar perusahaan AS untuk aktif di pasar Indonesia,” jelas Ted.

Tidak hanya perusahaan besar, tetapi perusahaan usaha kecil menengah (UKM) seperti yang ia bawa kali ini. Misi dagang bernama Trade Winds-Asia ini terdiri atas perusahaan yang bergerak di bidang farmasi, peralatan keamanan, peralatan pelabuhan dan perkapalan, kosmetik, konstruksi, mesin produksi plastik, mesin pengolahan minyak dan gas, peralatan laboratorium dan jasa-jasa lain.

Infrastruktur, menurut Ted, merupakan sektor yang paling diminati oleh investor AS. “Banyak pilihan, tapi kami berminat di sektor infrastruktur, di saat yang sama Indonesia sedang membangun. Kami juga melihat kesempatan di investasi energi, penerbangan, transportasi serta migas,” jelas Ted.

Pada kesempatan yang sama, Anggota DPR Komisi VII yang juga Wakil ketua Kaukus Indonesia – AS Bobby Adhityo Rizaldi mengatakan dari kerja sama tersebut diharapkan perusahaan AS tidak hanya mengimpor produk, tapi ada share teknologi. “Kalau investasi kita maunya kalau mereka udh mau invest untuk machinery. Ya jangan complete knock down lah. Jahitnya disini lah mereka hanya sparepartnya aja,” tutur Bobby.

Untuk mendorong mereka mau memproduksi disini, lanjutnya, yang terpenting adalah memberi gambaran kondisi pasar dan iklim bisnis di Indonesia. “Pajak singapura 7%, kita masih 28%. Tapi kita informasikan ada tax holiday,” tukasnya. (MediaIndonesia)